Selasa, 22 Februari 2011

Indonesian Novel Series (parted) - Triangle Love

©    The Triangle Love
Aku membuat janji dengan Thalita dan Sherile karena kurasa aku menjauhi mereka selama beberapa waktu terakhir ini, seperti anak barang lepas dari teman-temannya. Aku menjemput mereka berdua karena aku yang meminta mereka. Merekapun mau tapi agak tergesa-gesa.
Aku menyapa merea dengan hangat dan mereka membalas satu hal kusesali, aku mengkhianati dan menghancurkan perlahan-lahan persahabatan yang telah kubangun 4 tahun yang lalu. Aku mulai pembicaraan, dengan bertanya kepada mereka keadaan mereka sekarang dan balasnya cukup singkat, lalu dilanjutkan dengan keheningan seperti di pantai saat tengah malam. Pada akhirnya aku mengakui aku salah dan aku menepikan mobilku dan aku berbicara kepada mereka ada sesuatu yang aneh dalam diriku, yang aku sendiri tak tahu sampai sekarang dan yang mengubahku hingga seperti ini. Tentunya aku mengakhiri segalanya dengan permintaan maaf, karena tanpa mereka juga hancur berlebur lah hidupku semasa SMP. Mereka memaafkanku, saat aku menangis menceritakan itu semua, kulihat mereka juga bersedih. Lalu aku melanjutkan perjalanku. Di tengah perjalanan aku memulai joke, mendekati dan memperbaiki hubunganku dengan mereka yang seolah berlian pecah berkeping-keping. Sepertinya semua kembali semula, meski tidak se-perfect semula, samil merencanakan apa yang akan kami lakukan nanti, sepertinya menyenangkan. Saat itu wajahku tak terdefinisikan, perasaan apa yang ad di hatiku. Semuanya bercampur. Antara senang, tapi gelisah dan sedih tapi tertawa.
Sesampai di cafe, kita segera mengorder coffee dan cookies untuk snack di cafe sekaligus makan siang ringan. Aku memulai pembicaraan dengan menyuruh mereka minum dan memberitahu mereka kalau cafe ini baru dipasang router wi-fi baru. Mereka mencoba free wi-fi dengan handphone mereka dan sepertinya mereka asyik saja menatap layar handphone mereka yang cerah, tak secerah hatiku saat itu. Aku benar-benar bingung saat itu, bagaimana untuk memulai pembicaraan tersebut. Aku membuka mulut dan mengawalinya dengan batuk yang cukup keras seolah aku sakit. Beberapa orang melihatku, tapi aku tak peduli dan memanggil mereka berdua untuk aku ajak bicara. Betapa meneganggkan, membuat wajahku pucat. Aku menceritakan kisahku, awal masuk SMA, hingga aku menjadi orang yang sangat aneh. Aku mendetail lagi saat kisah dan moment dimana aku mengungkapkan perasaanku yang tidak benar dan akupun tak tahu apa alasannya. Mereka temanku yang mengertiku selama 4 tahun, tapi baru kali ini aku menjauhkan diriku. Disana aku tak bisa melihat mata mereka secara berani, aku hanya merunduk dan menceritakan semuanya. Sebenarnya aku sendiripun tak tahu apa yang terjadi dan aku hampir menjatuhkan butiran air mataku ke lantai, untung saja mereka tidak melihatku. Tapi aku tahu, mereka benar-benar teman yang baik, terbaik bagiku. Mereka mendengar semua yang aku ceritakan, ketidak sadaranku saat itu. Tidak hanya itu, mereka berhasil menenangkanku, aku seakan dilepaskan dari cengkraman monster dari Lucifer. Tapi itu hanya imajinasiku dan aku yakin tidak ada benarnya.
Sesudah aku bercertia semuanya, hingga wajahku memerah, dan mataku basah, aku memesan lagi hot frappucino sebelum meninggalkan cafe itu. Setelah itu kami bertiga segera meninggalkan cafe karena masih harus bekerja kelompok, membeli bahan, dan makan siang. Tak kusangka sesuatu terjadi dan itu mengejutkanku, masih melekat di otakku. Aku melihat Michael dengan seorang cewek dan mungkin saja itu pacarnya. Yang lebih mengagetkannya lagi, kulitnya tidak seputih waktu ia menggendongku saat di orientation awal SMA.
          “Thal... Liat dong, itu sapa? Pasti taukan?” tanyaku yakin.
          “HAH?! Aku tau sapa dia!” balas Sherile terkaget-kaget dengan sedikit lebay.
          “Oh... I-iya... Aku juga.. Kulitnya a-aneh...” kata Thalita juga kaget dengan suaranya terpatah-patah.
Akhirnya aku memutuskan untuk menyerahkan semua catatan belanja dan uang ke mereka berdua, sedangkan aku yang mengawasinya dari jarak yang cukup jauh. Mereka berdua tidak melakukan hal yang aneh-aneh, sedangkan perasaanku semakin gugup. Wajahku mulai memucat lagi dan berkeringat tipis, detak jantungku berdetak semakin cepat. Aku menyadari ada sesuatu yang aneh darinya dan aku benar-benar ingin tahu siapa dia dan apa yagng terjadi dengannya. Aku sempat melihat wajahnya saat ia melalui toko “Precios Jewel” yang menjual berbagai macam perhiasan. Tapi saat aku melihat wajahnya dari kaca, dia juga melihatku dari kaca sambil mengedipkan mata kanannya. Aku shock, kaget, dan mulai gugup. Aku dengan cepat membuang muka dan berhenti mengikuti mereka. Aku memutuskan untuk menyapanya, dengan menjawil lengan kirinya yang berotot karena lengan kanannya digandeng silang oleh cewek yang kukira pacarnya itu.
          “Hai!” sapaku sambil menjawil lengan kiri Michael.
          “Oh.. Hai!” balasnya. Aku memandangi lengannya dan ada serbuk-serbuk emas yang berjatuhan.
          “Apa itu?” tanyaku sangat kaget.
          “Itu mungkin serpihan keringat yang mengering” balasnya yakin.
“Oh... Dan itu sapa?” tanyaku sekali lagi, melihat kearah cewek yang kukira pacarnya. Ia sedan terfokus memandangi handphonenya.
“Ah... Iya, aku lupa... Ini mantan pacarku dan sekarang kami sudah kembali. Kenalin, namanya Jocellynne” katanya sambil menyuruh Jocellynne menyalamiku.
“Kau tak pernah mengatakannya padaku dengan alasan inilah mengapa aku mengungkapkan perasaanku padamu. Tapi kau berbohong” balasku memasang wajah yang sedikit jengkel itambah dengan butiran keringat dan air mata.
Semua dugaanku benar dan tak kusangka ia membohongiku. Tapi tak apalah, wajahnya yang tampan sempurna tak mengubah segalanya. Kekuatan matanya yang berwarna buru keunguan tak menahanku mengungkapkan kejujuran di depan wanita itu dan aku masih ingin tahu, tentang kulit putih pucarnya dan coklat manis tadi. Tapi semuanya sudah terlambat. Michael mengejar Jocellynne yang kukenal barusan tadi, sepertinya ia marah dan hubungan mereka akan hancur seketika. Tapi tak apalah, demi pelampiasan kecurigaan dan kejengkelan yang selama ini pernah sempat kurasakan, untuk pria playboy yang dikenal tampan, teladan dan setia. Aku muak mendengarkan semua itu dan aku pula yang menhancurkannya. Aku berusaha menenangkan kemarahan mereka berdua, tapi aku kehilangan jejak dan itu semua yang bisa kulakukan, untuk menutupi semuanya. Beberapa saat kemudian handphoneku berdering, Thalita menelfonku, semua telah lengkap dan kami pulang dengan naik mobilku dan pada saat berada di mobil, aku sambil menyetir menceritakan semuanya kepada mereka berdua, dengan singkat tentunya karena aku yang mengemudi.
          “Hei... Gimana tadi kalian?” tanyaku gembira.
          “Haha... Kita baik-baik aja nih kelihatannya...” balas Sherile memberikan uang dan bonnya.
          “Kau gimana, Jo?” tanya Thalita.
          “Aku biasa. Tapi ada sesuatu yang hebat. Cewek itu benar pacarnya, sebenarnya mantan sih tapi mereka udah baikan” balasku.
          “Dugaan kita benar!” balas Sherile sedikit tertawa dengan giginya yang putih.
          “Lalu gimana?” tanya Thalita.
          “Lalu, aku mengancurkannya dengan bertanya kalau dia tak pernah mengakuinya dan Jocellynne lari, Michael mengejarnya untuk menejelaskan. Haha...” balasku sedikit tertawa.
Aku menceritakan semuanya secara singkat dan akhirnya sampai pada rumah Thalita. Lalu aku melanjutkan perjalananku pulang hingga ke rumah. Matahari sudah mulai terbenam dan akupun mulai mengantuk. Sepanjang perjalanan aku merasa diriku sedikit aneh dan kejadian yang di kelas pada hari pertama terjadi dan akupun mulai takut. Suara-suara memanggil namaku, tubuhku berubah suhu panas dingin dengan kecepatan yang ‘non-sense’. Aku hanya berusaha untuk membiasakan itu dengan menyalakan radio lagu barat kesukaanku dan mendinginkan AC mobilku yang sudah sedikit tidak berfungsi. Tapi cara itu benar-benar tidak berefek banyak bagku. Aku memutuskan untuk berhenti sebentar, ke cafe terdekat untuk minum kopi. Saat itu aku melihat segalanya aneh, termasuk cafe itu. Orang-orang di dalamnya juga aneh dan aku merasa ak sedang berhasulinasi ringan. Aku mulai mengorder kopi hangat. Lalu kubawa ke mejaku dan kuminum sedikit demi sedikit. Bukannya aku lebih semangat dan menjadi bangun, malah aku bertambah pusing. Saat keadaanku yang serba tidak sadar dengan refleks aku menumpahkan cangkir kopi tersebut dan aku segera menopang kepalaku yang benar-benar sakit.  Dalam keadaanku yang benar-benar tak sadar, tak tahu tempat dan waktu. Tiba-tiba aku melihat Michael dengan kulitnya yang berganti menjadi putih lagi saat pertama kumelihatnya. Sepertinya ia marah atas apa yang telah kulakukan padanya, yang menghancurkan hubungannya dengan pacarnya. Matanya memerah dan ia mengenakan kostum hitam, panjang, seperti iblis juga dilengkapi tongkat berujung 3 yang kukir pembersih sampah selokan.
Pada akhirnya aku tahu dia benar-benar menghantuiku hingga aku menjadi sangat aneh, sama saat pertama kali masuk SMA. Tapi itu hanyalah halusinasi yang aku percaya tak jauh dari kenyataan. Pembersih cafe membangunkanku dan aku tersadar saat itu juga. Kepalaku tetap pusing, wajahku putih kemerah-merahan. Aku telah menyatakan perasaanku padanya, tapi itu bukanlah sesuatu yang benar, aku tahu aku bukanlah apa-apa baginya dan aku hanya perusak hubungan mereka. Cinta segitiga yang berakhir sangat tragis.

Novel Series (parted) - The Strange

©  The Strange
“Cinta yang abadi”. Ya, sebuah frase yang cukup singkat, yang kupunya dan yang sedang kucari juga yang dicari oleh para remaja. Aku tahu itu, dan tak mudah mendapatkanya. Seakan-akan cinta abadi itu hanya milik Cinderella dalam dongeng. Pikiran itu selintas datang seakan petir di siang hari, bertepatan saat ayahku mengantarku ke bandara untuk sebuah homestay dan study tour. Pengalaman yang kurang pantas untuk dibilang mengesankan, melainkan menyakitkan. Semua itu berawal dari hancurnya hubunganku yang menghasilkan sakit dan tangis, yang membuat kedua orang tuaku jengkel dan membawaku kesini. Liburan yang paling menyakitkan bagiku. Hanyalah bagiku pada akhirnya kutahu tak ada cinta yang abadi dan akupun yakin aku tak punya itu. Memang benar saat di negeri sebrang sangat menyenangkan tanpa orang tua dan hanyalah ada duri yang menancap dihatiku sehingga tak ada yang enak bagiku. Untung saja aku hanya bertahan 7 hari 6 malam disana, dengan menulis diary ini.
Sisa liburanku hanyalah sebanyak waktu satu minggu, yang dipenuhi dengan keheningan. Namun tangis dan tangis sedihku menyedihkan. Tak sabar menanti liburan yang akan usai, bertemu teman yang dapat kucurhati. Hanyalah sebuah wajah yang tak ingin kulihat dan ingin kutampar karena perlakuan brengseknya padaku.
Kedua orang tuaku jarang mengurusiku, aku tinggal dengan seorang kakak laki-laki yang cukup tampan menurutku, hanyalah sikap cueknya seperti tak menganggapku ada. Tapi setidaknya itu jauh lebih baik, daripada tidak ada orang lain sama sekali. HAMPA. Terkadang aku merasa benar-benar kesepian tanpanya. Tapi disisi lain aku menyesal, berhubungan dengannya, menatap mata birunya, mencium wajahnya yang tampan dan sempurna. Memory terindahku bersamanya. Tak terasa seminggu sudah dan liburan benar-benar usai habis tak tersisa. Banyak cerita cinta SMA yang telah kualami dan semuanya pahit penuh tangis dan kecewa. Hari pertama sangat mengesankan bagiku, tak dapat kulukiskan dengan kata-kata, namun moment selalu lebih indah dari hanya sebuah cerita. Thalita dan Sherileyang merupakan sahabatku mulai SMP. Mereka tetap berlanjut dan sekelas denganku. Akhirnya para guru bersikap perngertian.
Biasanyakan guru-guru memisahkan sahabat-sahabat dengan kelas berbeda.
          “Hi Jo, kita sekelas lho!” sapa Thalita kepadaku dengan senyuman hangat.
          “Hi Thal... Iya aku udah tau kok...” balasku singkat dengan tatapan mata tampak lelah.
          “Jo, kamu baik-baik ajakan?” tanya Sherile sedikit khawatir.
          “Hmmm... I-iya aku  baik-baik aja kok. Masuk yuk...” balasku agak bimbang dan mengalihkan perhatian.
Bel masuk hari pertama MOS berbunyi dan kita semua masuk. Cukup banyak anak bary, api kupandang wajah mereka tak menyimpang sebuah perasaan cinta yang tulus. Tiba-tiba Mr. Max datang, sebelumnya aku benar tak tahu siapa dia. Kupandangi wajahnya mulus, bersinar dan tampan sempurna. Matanya biru laut membuatnya calm dengan rambutnya yang berjambul. Berpakaian formal, berdasi, dan rapi. Tampaknya dia sadis, tapi aku tak dapat berhenti memandanginya. Sepertinya dia guru baru dan utahu ada sesuatu didalam dirinya. Kurasa cinta itu mulai terasa. Bolehkan murid cinta sama gurunya sendiri? Thalita mengagetiku , karena aku terlihat terlalu serius memperhatikannya, sepert cinta bukan main. Tak apalah, setidaknya aku tak melanjutkan khayalan konyol ini. Pertama-tama Mr. Max menjelaskan apa yang akan kita lakukan hari ini. Aku sebisa mungkin melihat dan memperhatikannya tanpa jatuh dalam pandangan cinta. Suaranya lantang keras, gagah dan berani. Terlihat guru laki-laki yang sadis. Tapi terkesan guru laki-laki ganteng yang sadis, menurutku dan beberapa teman baru lainnya. Ya, mungkin seperti cabe pedas yang sangat lezat. Yang pertama harus kita lakukan adalah memintai tanda tangan anggora OSIS yang merupakan pembimbing kita, Michael kelas 12 yang disebut senior kita, kelas 10. Hari pertama MOS benar-benar tak terduga dan ternyata aku main pandang dengannya. Wajahku memerah dan hanya bisa menunduk melihat sepanjang sepatu converse yang kupakai. Mulutku terbungkam kaku, speechless. Michaelpun tak dapat lanjut melihat wajahku, ia berpaling pandangan, disaat menjelaskan sesuatu. Aduh! Ada apa sih denganku hari ini? Kegiatan MOS hari itu berjalan lancar, tapi hanya sampai pada Thalita melakukan. Selanjutnya aku, tanganku berkeringat dan kakiku dingin seakan bakalan ada banjir lokal. Disaat mau melangkah menginjak jaring-jaring, aku terpeleset dan berteriak kencang. Dan tentu saja Michael menolongku dengan menahan aku sehingga aku masih hidup sampai sekarang. Aku jatuh tepat di pelukannya, lengannya yang besar dan berotot memegang dan menggendongku, serta kami beradu pandang untuk yang kedua kalinya. Wangi parfumnya benar-benar membuatku terpesona baunya segar membuatku tak mampu melepaskan diriku darinya. Tapi yang mengalihkan pandangan terlebih dahulu aku, sehngga ia segera membiarkanku duduk. Ya, kesimpulannya semua lancar, kecuali jantungku yang deg-degan.
          “Jo... Kamu gak kenapa-kenapa kan?’’ tanyanya penuh perhatian menatapku.
          “Hmmm... Mata aku kelilipan...” aku menjawab seadanya dan baru kusadari jawabanku tak masuk akal, hanya ingin bersamanya. “Haha... Ya udah aku tiupin dulu sini...” kedua jarinya segera membuka mataku dan meniup mataku.
Tak dapat kubayangkan bila itu terjadi, romantis sekali dan elegan. Teman sekelompokku pada bersorak menjodoh-jodohkan dan menfoto keadaan itu. Tentu saja aku mengelak dan meminta untuk menghapus foto itu setelah sempat kejar mengejar. Wajahku memerah kembali lebih dari sebelumnya, walaupun sebenarnya dalam hatiku senang. Jaim gitu lho! Michael hanya berdiri santai memandangiku dengan senyumnya yang memikat dan karena kecelakaan itu, kamu tak perlu melanjutkan aktifitas karena ada kesalahan pada tali temali yang dibuatnya.
Jam makan siangpun telah tiba dan kamu dipaksa makan semeja dengan teman-teman baru. Tak ada angin tak ada hujan, aku bersebelahan dengannya. Jodoh, mungkin. Tampaknya dia antusias menanyakan apa makananku. Rasanya kalao dipikir beberapa kali lipat reanya sungguh tak penting semua pertanyaannya. Tapi tak apalah daripada semua berdiaman. Aku sebenarnya senang kalalu dia perhatian begitu. Sesuai ‘five-days-orientation’ yang mengesankan itu rasanya ada sesuatu yang hilang dariku, ada yang berbeda dan aneh... Tapi ada yang datang seakan-akan jiwaku berpergian untuk liburan selama sehari. Aku senang, aku sedih, aku tertawa, aku menangis. Semua itu kualami, dari hatiku terdalam yang tak pernah kutampakkan sebenarnya. Sesuatu yang hilang adalah sebagian dari kesedihanku dan kehancuran perasaanku dan yang kembali yaitu sebuah perasaan yang pada awalnya kutak tahu apa itu. Yang kuyakin itulah namanya cinta, tapi benar bukan yang kurasakan. Hari pertama sekolah tak seburuk yang kubayangkan. Pikiranku ke ‘five-days-orientation’ dan harus kuakui, aku menginginkannya. Dua orang pria, perhatian, cinta dan kasih sayang yang kurasakan nggak wajar, tapi itu yang kurasakan. Wajahku benar-benar terlihat seperti periang dengan beberapa tetes keringat saat pelajaran Sejarah yang membosankan. Semua berlalu cukup cepat disaat kumemikirkannya. Tak terasa sudah jam istirahat dan aku berjalan dengan Thalita dan Sherile. Mereka berdua berbincang santai sedangkan aku sibuk dengan handphoneku, mencoba membuka sebuah jaringan sosial dari handphone dan tanpa sadar kepalaku membentur keras tepat di dada salah satu pria yang kupikirkan tadi. Ya betul, berambut tumpeng, berotot besar, dan kekar yaitu Michael.
          “Ash...” sentaknya reflek.
          “Aww!” aku berteriak sambil memegang tulang tengkorakku. “Maaf ya... Aku benar-benar tak melihatmu...” aku meminta maaf dengan ekspresi lemas sambil mengelus-ngelus dadanya dan menanyakan “Kao baik-baik sajakan?”
          “Tak sepantasnya kau bertanya seperti itu padaku. Kepalaku jauh lebih sakit bila menabrak dadaku. Kamu gak kenapa-napakan?” balasnya lembut dengan mulut yang tersenyum lebar dan ia membelai rambutku.
          “Ya...” aku menunduk malu, wajahku memerah dan mataku tak berani menatap wajahnya yang sempurna dan matanya yang bersinar. Aku benar-benar malu.
          “Kau yakin? Apa aku perlu membawamu ke kliniik? Jangan kuatirkan dadaku...” katanya sekali lagi.
          “Ya... Aku tak apa... Maaf sekali lagi ya...” aku melihat dadanya saja tak berani melihat matanya dan aku meninggalkannya.
Sherile dan Thalita melihat kami berdua dan mereka tertawa kecil. Aku sedikit sensi pada mereka karena tadinya aku benar-benar salting di depannya. Sesampainya di kantin aku membeli makanan ringan, bolu coklat kesukaan adikku. Kubuka bungkusnya dan mulai kumakan. Tak kuinginkan tapi terjadi. Aku memikirkannya, dengan kejadian tadi dan kuingat sesuatu, terdapat sesuatu di dadanya, semacam kalung panjang dengan liontin yang aneh. Aku benar-benar penasaran apakah itu, tapi aku segera melanjutkan makanku dan berbincang-bincang melanjutkan pembicaraan yang tadi sempat terputus dengan Sherile dan Thalita.
Keesokan harinya, kelasku ada pelajaran Matematikan yang diajat guru kelasku sendiri, Mr. Max. Di pelajaran pertamanya ia terlihat tegang dengan raut wajahnya yang berkeringat tipis dengan alisnya yang kebawah. Menarik dan ‘cute’ wajahnya menurutku dan bagi temanku dia jelek seperti  seorang mahasiswa culun, dan bukan seorang guru. Ia memperkenalkan tentang dirinya sambil berjalan mengelilingi kelas sambil melihat-lihat wajah kami yang masih polos namum berpikiran macam-macam. Tak kusangka ia berhenti tepat disebelah mejaku dan ia mengaku kalau dia bilang kalimat terakhir serasa sesuatu menusuk di telingaku dan menghancurkan hatiku. Wajahku memucat dan lemas. Aku tak tahu pertanda apakah ini dan yang pasti aku tak punya perasaan sedikitpun dengannya. Hari itu diisi dengan sebuah misteri bagiku, kalung di dada Michael dan hubungan perasaanku dengannya.
Pulang sekolah aku pergi ke cafe biasa dengan Thalita dan Sherile untuk kuajak cerita dan bertukar pikiran tentang hal yang tadi. Mereka bilang aku cinta dia, tapi aneh aku juga punya perasaan dengan Michael. Sebuah cerita SMA yang sangat –sangat aneh. Malam harinya aku berpikir cukup lama, sambil membuka twitter untuk berkoneksi dengan teman-teman. Aku tak dapat tidur seperti sebelumnya, kira-kira 6 jam. Tapi untuk hari ini, aku tidur cukup 4 jam, menghabiskan waktu untuk memutuskan dan meikirkan rencana. Aku benar-benar merasa aneh dan janggal dengan semua itu.
Keesokan harinya, aku sampai di sekolah dan sudah disambut dengan Mr. Max yang tersenyum hangat padaku dan kurasa ini adalah
kesempatan emas.
          “Eh.. Mr, aku ingin bicara nanti, kita ketemu di kelas aja ya, after lunch...” kataku padanya dengan nada sedikit gugup.
          “Iya... Kira-kira jam 12.45 kan? Saya nanti kesini.” Balas Mr. Max santai.
Aku telah membuat janji dengan pria ini dan kurasa pria satunya juga harus kubuat janji dengannya. Pagi-pagi aku berlari mencarinya dan dia memegang tanganku erat saat aku berlari melewatinya. Aku kaget dan gugup untuk melihat kebelakang. Perlahan kugerakkan kepalaku degan mata tertutup dan butiran keringat tipis.
“Mencariku? Haha...” sapanya sambil tersenyum dan tertawa. Tangannya masih memgangku erat. Perlah-lahan aku membuka mataku karena aku rasa aku kenal dia.
          “HA?!” aku berteriak pelan, seolah over-shock. “Bagaimana kau tahu?” aku menanyainya dengan nada tinggi dan mata terbuka lebar setelah menutup, seakan aku kaget dan pingin tahu sekali.
          “Santai dong... Ya udah, emang kenapa nyari aku?” balasnya sambil membelai rambut di poniku dan memeberiku tissue untuk mengusap keringat di pipiku.
          “Hmm... Aku mau ngomong ke kamu, jam 10.10 temui aku di cafetaria ya...” balasku tenang.
Saat itu juga aku meninggalkannya dengan pertanyaan yang misterius seolah tanda tanya seperti barbie ada di kepalaku. Kecurigaanku tentangnya bahwa ia orang misterius benar-benar semakin jelas dengan ia merahasiakan identitasnya. Pelajaran pertama adalah   Matematika dan aku benar tak berani menatap wajahnya sekalipun. Perasaanku bercampur aduk antara takut dan terburu-buru. Sesekali
aku mendengar seseorang memanggil namaku. Suaranya jernih, merdu dan terdengar sangat jelas hingga ke gendang telingaku. Aku melihat sekelilingku dan mereka sepertinya tidak ada yang memanggilku. Mereka semua terus mengerjakan ulangan dan aku benar-benar tak mengenal suara itu. Terdengar seperti suara cowok, tapi terlalu tinggi dan kalaupun suara cewek, tidak ada di kelasku yang seperti itu. Suara itu terdengar sekali lagi dan semakin jelas, tetapi anehnya tak ada yang meresponi. Aku mencoba untuk tenang dan melanjutkan ulangan, hingga pelajaran selesai. Aku bingung dengan keadaanku dan perasaank yang gugup, tubuhku menghangat dan wajahku sedikit memucat. Tapi aku tak mau banyak ambil waktu untuk memikirkan itu karena aku harus tampil ‘fine’ dengan kedua pria itu.
Selesai pelajaran adalah waktu istirahat dan aku segera ke cafetaria, tanpa Sherile dan Thalita untuk menemui Michael. Aku meng-order dua cangkir kopi panas dengan creamer, kesukaanku dan kesukaannya. Dia datang 5 menit terlambat dan aku memulai pembicaraanku.
          “Hai... Kukira kau tak datang. Duduklah, aku menyiapkan secangkir kopi creamer untukmu.” Seapaku membka pembicaraan dengan senuman hangat, sehangat kopi itu.
          “Thanks... Maaf tadi gurunya dismissed kita agak terlambat. Tak mungking aku melanggar janjiku padamu.” Balasnya dengan suasana yang lembut mempesonaku dan sepertinya aku kenal suara itu dan benar suara yang kudengar di kelas tadi.
          “Ehm... Iya, thanks...” balasku sedikit gugup melihat ke bawah. Aku mencoba berpikir dan mengingat tadi.
“Lalu, apa yang ingin kao bicarakan padaku?” tanyanya penasaran.
“Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku, bukan karena aku cewek murahan tapi aku hanya ingin kau tahu kalau aku punya perasaan dengamu..” balasku membuka mulutku perlahan.
“Aku tahu itu. Aku sudah menduga sebelumnya dari raut wajahmu” balasnya.
“Bagaimana kau tahu?! Kurasa tak ada yang kau tak tahu” balasku sedikit jengkel.
“Aku bilang aku tahu dari raut wajahmu!” balasnya dengan nada tinggi sambil meminum kopi.
“Maaf, tapi kau tak menganggapk murahankan?” balasku halus.
“Ya...” balasnya singkat dengan senyuman lebar.
Selanjutnya kami berpisah. Aku segera pergi ke kelas untuk melanjutkan pelajaran dan untung saja masih belum terlambat. Di kelas aku masih tak melupakan benar peristiwa tadi. Mataku berkaca-kaca setelah menangis mengingat tadi. Aku tak mencintainya bahan aku tak punya sedikitpun perasaan kepadanya, tapi aku mengaku sesuatu yang tidak benar dalam diriku. Aku tak tahu bagaimana aku bisa seperti aku yang sekarang, pendiam, pemalu, dan misterius. Aku sedih untuk menyadarinya. Pelajaran dimulai dan aku segera mengusap mataku yang basah, berusaha untuk fokus ke pelajaran dan melupakannya. Tapi pada kenyataanya pikiran itu masih melekat dipikiranku. Aku menyesal mengapa aku melakukan sesuatu yang sangat munafik, padahal aku tak pernah melakukan sesuatu yang sadis dan rencana-rencana busuk. Aku seperti dibisiki oleh malaikat dan setan. Tapi aku melupakannya segera dengan sebuah tugas yang menyenangkan. Siangnya aku tak lagi bersama-sama dengan Thalita dan Sherile, hubunganku benar-benar menjauh dengan mereka dan itulah semua yang kutahu. Aku tetap tinggal di kelas menunggu Mr. Max atas janjiku, pukul 12.45. tapi ia datang sebelum 12.45. penampilannya mempesona dan mengagumkan, menggunakan jam tangan dan blazer kerjanya. Seorang yang professional.
          “Hi...” sapanya lembut sambil membetulkan dasinya.
          “Oh.. Hi, Mr...” balasku sedikit lemas.
          “Jadi apa yang mau kamu katakan? Kamu sakit? Matamu berkaca-kaca...” katanya terlihat serius dan to the point.
          “Ehm... Nggak kok” balasku mengusap mataku. “Hanyalah... Hanyalah sedikit lelah” lanjutku. “Jadi begini aku benar-benar terpesona dengan anda, Mr. Aku suka dengan penampilan fisik anda juga, Mr dan terlebih lagi. Aku punya perasaan dengan anda, Mr!” kataku.
          “Haha... Thanks for that..” ia membalas singkat dengan tertawa kecil.
Aku tak tahu harus bilang apa. Di rumah aku benar-benar speechless, aku menangis di depan kaca. Aku tak tahu apakah yang sebetulnya terjadi padaku. Dunia bukanlah duniaku lagi.
Perasaan yang terungkapkan, ya. Perasaan ‘bullshit’ yang terungkapkan.

Novel Series (parted) - Prologue

©  Prologue
Aku tak pernah memikirkan kehidupanku selanjutnya dari Middle School. Yang kutahu hanya cinta dan kebahagiaan. Hubungan percintaanku terakhir kali tak jauh dari kekecewaan dan tangisan sakit hati. Guruku pernah bilang, hidup penuh pilihan dan bila kamu tak tahu itu berarti kamu memilih untuk tidak memilih. Kedua orang tuaku mempunyai kesibukan luar biasa dan seorang saudara kandungku, kakak laki-laki yang cukup brengsek. Kehidupanku seperti orang anak tanpa kehadiran dari orang tua dan besar tanpa kasih dan sayang. Kehidupan percintaanku menuai sebuah titik kehancuran dan banyak hal yang tak orang lain dapat alami yang kualami, the Bad Romance.

Senin, 14 Februari 2011

Short Story(ies) series - the brightest star (part 1)

The Brightest Star
By; MarvelousJW
"Being excellent is a thing, but being marvellous in the middle of the marvellous people is everything."
-MarvelousJW


Edward is a new students in a huge high school. His dad moved to Europe for a brighter work and future for his family, include Edward and his bigger brother, Edmund. They live by 3, Edward and Edmund's dad, Stefan Jones divorce with their mom Melly Jones. Well, actually it's not so easy when teenagers as their age live without any mother. but the strange one, why does Edmund and Edward lives with their dad? Oh yes! Their mom loves them so much; she doesn't do any work, hence she gave them to their dad, who works as businessman as well, for a bright future.

Edward sometimes bullied by his new friends. Some girls hate him, till they abuse him without any feelings of wrongs. And some boys even do the unbelieveable things to him. Well, it's his life and he should be thankful of it. Although in his very hard situation at school, still some teenagers with their heart of gold make friends with him. One of them, Julia Rose, the smartest girl in High School, at math. And the rest are as usual; Nicholas Andrew and one more girl, Jessica Phillips. Well, in fact they have been friends since the day the three of them met Edward and saw him bullied.

Some facts are gathered, and here they are; Edward sometimes bullied in PE time, boys opens the door of the toilet when Edward still in nude and some girls see him then shout with some mocking laugh. And the girls? they sometimes make fun of him, such attacking his vitality organ till he shouts hurt badly. well, maybe you can laugh but it is the usual condition in High School, and they do it just for fun.

Edward never complains, even in the hardest situation. Maybe he only tells his friends about it, but not teacher or even parents. life seems hard for him, but he always have a way to solve out all his problems, without doing revenge. You may say this story's useless, fake or even trash but you never know life never gives clue or decision before, also how much my tears on this.

One day he tells Julia, Nico and Jess, about his feelings to someone who he loves in the class. A beautiful enough girl called Monique hates him so much, but what the hell he says that he loves her! three of them shocks. Well, love's unpredictable and unbelieveable, and always we have to believe what have happened. Just then Edward wants to express and admit the love feelings of him to her and plans that he will do it this valentine's day. three of them even more surprised of what he say. but well, they believe it!

to be continued.. sorry I've to sleep..
once again, Happy Valentine's Day!

The 10 Quotes in a Post! - 3rd series

"Being excellent is a thing, but being marvellous in the middle of the marvellous people is everything."
-MarvelousJW


1.
Saying NO to something is actually much more powerful than saying YES
-Tom Hanks

2.
The best way to get people to learn is to turn them into teachers! You learn the material best when you teach it.
-Dr. Walter

3.
When we watch a great musician or top athlete in action, we see a performance that may take only a few minutes. what we don't see is the hours of prespiration and preparation that enable him or her become great.
-unknown
 


5.
Discoveries are often made by following instructions, by going off the main road, by trying the untried.
-Frank Tyger

6.
Destiny is not a matter of chance, it is a matter of choice; it is not a thing to be waited for, it is a thing to be achieved!
-William J. Bryan

7.
DO NOT wait for the best idea! implement the better idea; still better and the best will follow.
-MarvelousJW

8.
It is the idea that STARTS the money and NOT the money that starts the idea!
-MarvelousJW
9.
Goals determined what your're going to be!
-Julius Erving

10.
There's NOTHING absolutely big happens, which is NOT reach or achieved by anthusiasm
-Ralph Waldo Emerson
4.
Genious is 1 percent of inspirationand 99 percent of prespiration. there is no substitute for hardwork!
-Thomas Edison

WTH Valentine's day?

well..
Blogging this night, 14 February 2011
for only saying
HAPPY 'FUCK'LENTINE'S DAY!

oh sorry!
i mean
HAPPY FATLENTINE'S DAY!
fat cause of too much chocolate isn't it?

what?!
oh I see i make mistake again!
here we go!

HAPPY VALENTINE'S DAY!
the day with love, symbolized with chocolate, roses, and heart.

many people around the world don't know what does it mean,
don't care what and when it is,
or even don't know at all about this..
well,
no problems i think, but this event has only once in a year.
therefore, why not we celebrate it for only a day in every year, as we can feel love?
what your friends say usually hide what your ear wants to hear, the sound of your heart.

it is not the matter about how many roses or chocolate do you get?
or maybe how much the chocolate cost?
well,
easy..
just think about it for a while
here it is..
chocolate doesn't give anything, it only gives the tastes of your mouth sweet for a while.
roses doesn't live forever (except the fake one), but it doesn't mean anything,
it only symbolized love.
money cannot save your life, it's about money to live, not live for money.

yeah i know what fucklentine's day means, and i feel it.
and valentine's day sometimes means the (S)ingle (A)warding (D)ay!
therefore we say it is just fucklentine's day, cause we don't have boy/girlfriend(s)
well,
valentine's doesn't mean that kind of thing
it means a lot,
by loving of friendship
or maybe love that have been prooved today,
by giving chocolate or roses.

i know life's hard,
life's unfair
life gives everything you don't want
or even what you want, just like temptation.

just know yourself,
in this valentine's day
when you think no one loves you
(like i did now)
your parents are not even care about you
your friends are only fake
your teachers break everything you have inside you
but you still have at least one in this world,
who really" love you
but you don't know who's s/he

but for sure you know
GOD LOVES YOU

so no more FUCKlentine's day
just say it
VALENTINE'S DAY

HAPPY VALENTINE'S DAY
God loves you, and so do i (who write this)

Sabtu, 12 Februari 2011

The History of Valentine's Day

The History of Valentine's Day

Valentine's day?
the day with love, with full of love.
each of us can feel it, i'm so sure

well, somehow it reminds us to the things we have done
does it hurt someone else? or it makes someone happy?
sometimes we don't consider of the enermous things in our life;
our ATTITUDE
attitude can be meant;
a LITTLE thing that can make a VERY BIG change.
so, don't just do the things that you think it is right.

well,
let's start with the history

Valentine's day,
is taken from the name St. Valentine
in Roman.
He's one of the three holy person at that time
who's died of love, on 14th February.
and now, it's celebrated as Valentine's day; the day of love.

somehow, at first it becomes the national day in Rome
and now it's celebrated informally there, also around the world
which that day represent forgiveness, relationship or anything else which is related to the kindness or love.
it's celebrated by giving post card with love forms,
or chocolate or maybe a rose, freshly red rose.
they're called "Greeting Card Association

and the facts proof that 85% of the greeting cards are given by the women
to the man, or to their boyfriend "romantically"
well, it's the biggest celebration after Christmas day..

"Love to Live, Live to Love.."
Happy Valentine's day..
I love you :)

The Poem(s) series - The Day Has Come

The Day Has Come
(pre-Valentine's day)
By; MarvelousJW
"Being excellent is a thing, but being marvellous in the middle of the marvellous people is everything."
-MarvelousJW


The dreaded day is coming
The trademark holiday
That reminds me I’m alone again

I’d stay in bed
And sleep through the day
If I thought it would go away

Reminders are everywhere
Silhouetted with hearts
Love just sickens the air

Longing fills my heart
Wishing I had someone that day
To hold my hand

Loneliness fills my soul
None of my present suitors
Fill the gaping hole

What is wrong with Cupid
Why can’t I find my girl
When will she show

The dreaded day is coming
The trademark holiday
Another, where I’m all alone

Short story(ies) series - deep romance (part 1 - opening)

Deep Romance
By; MarvelousJW
"Being excellent is a thing, but being marvellous in the middle of the marvellous people is everything."
-MarvelousJW


 
What's love?
For me, the true love is the one whuch prooved.
For my friend, Max, love's a girl.
For Max's girlfriend, Sherine, it's a relationship
Formy best friend, Edward, it's a dream, that comes to be an imagination.
For last of our friend in our groups, Helene, which usually called Mike.


We're in a group, and we've been friends since the time when we consider that we need each other, like a bee needs rose. and somehow life taught us, to be one is everything. We're in the same high school and our interests all are common. Well, firstable i'm feeling lucky, that i've found the true-best-friends of mine. And nothing compares to them. They're like everything in my life. So thankful of them.


Max has been in a relationship with sherine, from the day they meet each other, in the school orientation of the year. And this year they will celebrate their relation anniversary for thwe 3rrd year. Well, such a long time, And me, i've not found mine yet. That doesn't matter for me yet till this time. but eventually in condition like this, i need love, the true love.

Jumat, 11 Februari 2011

Short Story(ies) series - I am a dreamer, the sky high dreamer!

I am a Dreamer, The Sky High Dreamer!
By; MarvelousJW
"Being excellent is a thing, but being marvellous in the middle of the marvellous people is everything."
-MarvelousJW


Larissa, a lively, ambitious young girl cant wait to enter into the world of power, that would soon be hers, if she played her cards right. Till then, she could give a go at school and who knows, maybe fall for the most charming boy she could ever clap eyes on.


The day had come finally, sunlight sifted through the shades drawn in the room and cast its good morning to Larissa.. She squinted at the alarm clock at her bedside, when she was sure she could be up and roam around without having to scare humans, she got up. This is how she thought of the rest of the world, the humans! The tone in her mind, a scornful one, as if she was a werewolf.


"Bah!" she discarded her blankets and stood up to see her reflection in the life sized mirror. She was wearing a silk shorts and her favourite black lacy blouse. Little luxuries, she thought, indulgently. Apart from dark chocolates, her other love was lingerie, very lingerie-ish lingerie . She looked radiant in the morning light. She was at exactly five four, slender and petite, her face was heart shaped with warm chocolate brown eyes. People loved her smile, they were charmed by it, with the impossibly adorable crown white teeth. She had luscious full lips – shell pink. Her gleaming eyes warmed you to her. She had full firm breasts and gently swelling hips. Her honey dipped dusky complexion seemed to have all the colours of the wind.


She studied her body, looking for imperfections that could have come overnight. When she found none, she smiled and blew a kiss to the mirror. Her excitement was palpable, but she was too proud to show it. She was going on a tour to Paris with her classmates. "Life is perfect!" she thought happily and went to take bath. After washing her hair with a shampoo that had 83 added proteins, she conditioned her hair and dried it carefully and curled it. She scrubbed every inch of skin that she could see and in the effort, her skin turned a sore red, under her abusive overuse of the soap.


She came out and stood before her wardrobe, undecided.. She had the similar sinking feeling whenever she was forced to see her wardrobe. She looked and looked, even thought she could as well go in her robe, if it was not Bosco, Don bosco was often loosely translated to a unisex convent, It was a co-ed alright, but that was it, nothing much else.. Just that if you are caught talking to a boy, you just have to make a short visit to the vice principals room! Sighing, she pulled on a black ensemble that had a deep V line that elegantly showed off her cleft, She yanked a pair of sleek black leggings. She dressed slowly savouring the feel of familiar silk clinging to her skin.


She wore her black bangle and brushed her hair, untangling the impossible curls of her hair. Her hair was soft and wavy and intensely curled at the ends. A dark brown, that showed a few strands red in sun, matching her eyes. She finally left the room and hopped downstairs. She headed to her brother’s room. It was a clutter, just like her brother.. she always felt her brother was a clutter of things-of love, life and laughter. She had never ever harbored any feeling except pure unbounded love for him, the kind that she didn’t feel for her family, friends, even herself! He was asleep on his bed, faintly snoring from last night’s hangover. She ran to him and fell onto his back, and screamed into his ears "Wake up! "
Her brother laughed, without opening his eyes pulled her face close to his lips and kissed her hair.


"But am leaving today!! Get up! Now now now!!idiot, you have to leave too !" that seemed to strike, for he jerked up and looked at the clock. It showed five ten. He looked at his sister in wonder-"You’re incredible! You are DRESSING UP at five?!?! A little too excited are we. .are we are we " He pulled her earlobes. She ruffled her brother’s hair playfully. Jake breathed in and kissed her nose.
"Maybe it isn’t just Paris eh? Something else altogether maybe?" He winked.
She rolled her eyes.
"Alright, alright, now I have to hurry.. hmmm .. how long ?! "
"How long what ?!"
"This nasty trip of yours"


"For a week and its not nasty you pig, the one you are going to.. now that's nasty.. you and your friends.. what are you planning to do down there anyway, discuss world economy?"
"Possibly" he laughed and went inside the bathroom. Larissa took in a moment to look at the photographs struck to her brother’s room. In almost every photo, she was invariably there. Even in the corner of the wall posters of Megan Fox and Charlize Theron ..most of ‘Em.. a few of the family’s ..she smiled lovingly..
Just then her mom walked in. She was startled.
"You!" she pointed at her with a funny expression on her face, Larissa felt giggly.."you been sleeping here again?! "


"No mom, moooooooommmmmmmmmmsss.. I didn’t sleep here!"she said sinisterly.. her brother shouted from the bathroom –"Liar!! don't believe her ! She was here with me the whole night! Jumping around!"
Larissa froze momentarily and shouted obscenities at her bro. Her mom clipped her ear and dragged her out of the room "ouch! mama, it hurts, you are soo uncool!" she giggled and took off at top speed.. She loved infuriating her mom. She went outside and ran to her father’s den. She ventured into her father’s office and carefully closed the doors. It was always off-limits to her.


Her dad’s office had a distinct musky smell. The room was tastefully done with oriental office desk at one corner and comfortable chaise lounges on one side. The room was dimly lit with tiffany lamps and the flooring was heavily matted, with Rajasthan palaces adorning the carpet. The wall paper was an attractive gold, lending the whole place a royal and austere look. The high end ceiling was a pentagon. On one side, a collage of buildings designed by her dad was stuck on the wall. And one of her too, in an inconsequential corner she felt.


She remembered throwing a mini fit to allow her to put her picture in her dad’s office.. The room was her father’s style- bold, simple and reaching out to your heart. Her father’s impeccable sense of style and geometric frame of calculative mind had always lured her to take up her dad’s profession, real estate meant power! Watching your own dreams growing in concrete, that was ecstasy! It made you complete she thought. Her father’s unique combination of ambitious thoughts and honest heart has not skipped generations. Larissa knew she was good, but she was no angel and no newborn into the world of buildings, She had always thought buildings defined civilization. It made your history, economy, development, you name it! She knew it was tough, just as she knew she would make it real big, no matter what and whoever stood in her way – would know soon enough.


Reveling in her fantasies, she went and sat in her dad’s chair. It felt so right.. The energy and power that radiated in the air seemed to dope her, like a drug, making her ache for more. The French bay window overlooking the street brought in cold September breeze and chilled her. She felt at home, she rarely felt that.. that homey feel soothed her..Whenever she felt relaxed, Ryan would barge into her thoughts, an obnoxious guest, He always left her pink.. an embarrassing one at that! Ryan was her classmate, well more than a classmate.. at least to her. Ryan was the Freddie Prince Jr. of the school. The Beethoven, football champ et al .. six foot, rugged chiseled body, tawny brown complexion, tough abs and a breath taking smile.. He was, to her, the most handsome boy of the school. His looks were unique and godlike,it were hers. Their first meeting was as unique as his Troy features.. 

My Tribute (To God be The Glory)

firstable, always remember this..
"Being excellent is a thing, but being marvellous in the middle of the marvellous people is everything."
-MarvelousJW


well, how this song reminds me to the concert
that my school has made
and here's one of the song,
and it blessed me so much
with the beautiful lyrics
and the composition of the music
here they are.. the golden lyrics..



To God Be The Glory (My Tribute)


How can I say thanks
For the things you have done for me
Things so undeserved
Yet You gave to prove your love for me
The voices of a million angels
Could not express my gratitude
All that I am and ever hope to be
I owe it all to thee

To God be the glory, to God be the glory

To God be the glory,
For the things He has done
With His blood He has saved me
With His power He has raised me
To God be the glory,
For the things He has done

Just let me live my life

And let it be pleasing Lord to thee
And should I gain any praise
Let it go to Calvary

With His blood He has saved me

With His power He has raised me
To God be the glory
For the things He has done

To God be the glory, to God be the glory

To God be the glory,
For the things He has done
With His blood He has saved me
With His power He has raised me
To God be the glory,
For the things He has done

Love Romance or Loving Money? (Indonesian Edition)

Love Romance or Loving Money?

By; MarvelousJW
"Being excellent is a thing, but being marvellous in the middle of the marvellous people is everything."
-MarvelousJW


UANG berbicara,
CINTA berbisik.


UANG membangun tempat berteduh.
CINTA membangun tempat tinggal yg Nyaman.


UANG dapat memerintahkan Dunia.
CINTA melindungi.


UANG menciptakan Celah antara Kaya dan Miskin.
CINTA menciptakan Jembatan di antara mereka.


UANG dapat menciptakan bangunan Tembok Penghalang di antara kita.
CINTA dapat menghancurkan Tembok Penghalang,
sehingga kita bisa Bersatu...


UANG dapat menimbulkan Perang dan Kejahatan.
CINTA menimbulkan Perdamaian.


Oleh karena itu,
Berterima kasihlah jika kamu menerima lebih banyak CINTA dibandingkan UANG.
UANG Penting,
tapi itu menjadi tidak penting tanpa CINTA...


Money's nothing without love.
but Love is everything without money..
through love, you can donate money..
but without love, no thanksgiving or giving..
To LOVE, be the one..

Who's God for you? (Indonesian Edition)


Who's God for you?
By; MarvelousJW
"Being excellent is a thing, but being marvellous in the middle of the marvellous people is everything."
-MarvelousJW



TUHAN mengawasi seluruh Bumi
untuk memberikan Kekuatan-NYA
bagi Orang-orang yang Setia kepada-NYA.


Aku Belajar bahwa tak selamanya Hidup ini Indah.
Kadang TUHAN mengijinkan aku melalui Derita.
Tapi aku tau, bahwa TUHAN tidak pernah meninggalkanku.
Sebab itu, aku Belajar menikmati Hidup ini dengan BERSYUKUR..

Aku Belajar bahwa tak semua yang aku Harapkan akan menjadi Kenyataan.
Kadang TUHAN membelokkan rencanaku..
Tapi aku tau, bahwa itu lebih Baik daripada apa yang kurencanakan.
Sebab itu, aku Belajar Menerima semua itu dengan SUKACITA.

Aku Belajar bahwa Pencobaan itu pasti terjadi dalam Hidupku.
Aku tak mungkin berkata,
"Tidak, TUHAN..."
Karna aku tau, bahwa semua itu tak melampaui kekuatanku,
Sebab itu aku Belajar menghadapinya dengan SABAR.

Aku Belajar bahwa tak ada kejadian yang harus di sesali & di tangisi.
Karna semua RancanganNYA Indah bagiku.
Maka dari itu, aku Belajar BERSABAR, BERSYUKUR & BERSUKACITA dalam segala Perkara.


BERSYUKURlah bahwa kamu Belum Siap memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan.
Seandainya Sudah,
apalagi yang harus diinginkan ?

BERSYUKURlah apabila kamu tidak tau sesuatu,
karena itu memberimu kesempatan untuk Belajar.

BERSYUKURlah untuk masa-masa Sulit,
di masa itulah kamu Bertumbuh.

BERSYUKURlah untuk Keterbatasanmu,
karna itu memberimu Kesempatan untuk Berkembang.

BERSYUKURlah untuk setiap Tantangan Baru,
karna itu akan membangun Kekuatan & Karaktermu.

BERSYUKURlah untuk Kesalahan yang kamu buat,
itu akan mengajarkan Pelajaran yang Berharga.

BERSYUKURlah bila kamu Lelah & Letih,
karena itu berarti kamu telah membuat suatu Perbedaan.


Mungkin Mudah untuk kita Bersyukur akan hal-hal yang Baik,
Hidup yang Berkelimpahan datang pada mereka yang juga Bersyukur akan masa yg surut.

Rasa SYUKUR dapat mengubahkan hal yg Negatif menjadi Positif,
Temukan Cara untuk BERSYUKUR akan masalah-masalahmu & smua itu akan menjadi Berkah bagimu!

The Story of Andy and Elizabeth (Indonesian Edition)


The Story of Andy and Elizabeth
By; MarvelousJW
"Being excellent is a thing, but being marvellous in the middle of the marvellous people is everything."
-MarvelousJW



Andy adalah seorang tentara yang sedang ditugaskan pergi ke medan perang. Andy meninggalkan istrinya, Elisabeth, di hari ke 7 setelah pernikahan mereka. Andy tentu saja ingin Elisabeth pergi bersamanya. Tapi keadaan tidak memungkinkan. Yang akan dihadapi oleh Andy adalah sebuah perang. Maka Andy memutuskan untuk pergi tanpa mengajak istri tercintanya. Meski Andy tau bahwa hatinya begitu berat, tapi dia meyakinkan Elisabeth dan hatinya sendiri untuk segera pulang dengan selamat.

"Jika perang sudah selesai aku akan segera pulang."

"Aku akan menunggumu. Segeralah pulang jika tugasmu sudah selesai disana. Aku akan menunggumu...aku ingin melihat wajah kemenanganmu."

"Aku pasti pulang."


2 bulan kemudian....


Hari ini adalah hari terakhir Andy bertugas. Setelah perang yang terjadi, kedua belah pihak negara memutuskan untuk berdamai karna melihat begitu banyaknya korban yang jatuh. Jenderal besar pun sudah membubarkan pasukan sejak semalam. Dan semua tentara diperbolehkan pulang.

Andy sudah tak sabar lagi untuk segera pulang. Dia ingin segera pulang ke rumah dan memeluk Elisabeth. Bagaimana keadaan Elisabeth? Hanya pertanyaan itu-itu saja yang ada di pikirannya.


Andy turun dari kendaraan yang mengantarnya. Andy menunggu Elisabeth membukakan pintu untuk kepulangannya.

Andy menunggu.....

"Mana Elisabeth..? Mengapa dia tidak membukakan pintu untukku? Apa..dia tak mendengar suara mobil yang mengantarku?"

Ketika Andy hendak masuk, seseorang memanggilnya.

"Andy..kamu sudah pulang?",

"Henry..?",

"Aku senang kau sudah pulang tapi Elisabeth tidak ada disini",

"Elisabeth kenapa? Apa yang terjadi?Dimana Elisabeth"

"Tenangkan hatimu. Elisabeth sedang dirawat di rumah sakit."

"Rumah sakit??",

"Entah penyakit apa yang diidapnya..wajahnya penuh dengan borok. Setiap hari didepan kaca Elisabeth membersihkan borok diwajahnya agar segera kering. Tapi besoknya yang terjadi malah borok itu kembali bernanah. Dia tak berani keluar rumah. Dia juga tidak punya nafsu makan sama sekali. Badannya menjadi kurus kering. Dia bilang bahwa dia tidak ingin bertemu denganmu jika wajahnya masih penuh dengan borok. Dia malu.",

"Elisabeth...?",

Tanpa terasa airmata Andy menetes.

"Bagaimana ini bisa terjadi?",

"Andy...tenanglah."

"Aku berterimakasih Henry..karna kau mau membawanya ke rumah sakit",

"Sekarang apa yang bisa kulakukan untukmu sebagai sahabatmu?"

"Maukah kau sedikit berbohong untukku?"

"Untuk..?"

"Aku ingin kita ke rumah sakit dulu. Nanti aku akan beritahu padamu apa yang harus kau lakukan",



Sampai di rumah sakit, Andy membeli perban.

"Untuk apa kau beli perban?"

"Aku ingin kau membalut mataku. Dan katakan pada Elisabeth bahwa aku buta. Aku buta karena ada peluru yang mengenai kedua mataku. Berjanjilah padaku bahwa kau akan melakukan ini untukku. Aku tau bagaimana persaan Elisabeth. Aku sangat mencintainya."

Henry hanya diam tapi dia melakukan apa yang dikatakan Andy. Kemudian Henry mengantarkan Andy ke sebuah ruangan dimana Elisabeth dirawat.

Elisabeth terkejut saat dia melihat suaminya datang dengan mata di perban.

"Andy?Andy..."

"Elisabeth...Kau dimana?"

Henry mendekatkan tangan Andy kepada Elisabeth.

"Henry...maafkan aku, aku tak bisa menyambutmu. Aku....",

Andy merusaha meraih wajah Elisabeth tapi Elisabeth mencegahnya.

"Jangan sentuh wajahku lagi Andy..Wajahku tidak secantik dulu. Tidak seperti yang kau harapkan."

"Elisabeth...katakan padaku apa yang terjadi padamu? Kau bisa lihat kan apa yang terjadi padaku? aku sekarang buta...aku tak bisa melihatmu lagi seperti dulu. Jika kau tidak menceritakan kepadaku apa yang terjadi padamu maka aku tak pernah bisa tau apa yang telah terjadi padamu. Apa yang bisa dilakukan oleh orang buta sepertiku kecuali hanya mendengar..?"

Elisabeth terhenyak mendengar kata2 suaminya itu.

"Andy..",

Elisabeth meraih wajah suami yang dicintainya itu.

"Andy..jangan pernah marah padaku seperti ini. Jangan pernah kau katakan kalau kau tak bisa melihat. Kau bisa mengerti aku. Kau merasakan apa yang aku rasakan. Seandainya matamu bisa melihat maka kau akan melihat wajahku yang........penuh dengan borok dan sangat menjijikan! Aku tak ingin kau menyaksikan ini semua!",

"Sekarang..apalah artinya buatku wajah yang cantik ataupun buruk..jika aku selamanya tak bisa melihat."

"Andy...maafkan aku."

"Elisabeth...jika aku katakan aku mencintamu maka itu memang benar aku mencintaimu..apapun keadaanmu dan apa pun yang akan terjadi padamu...itu tak tak akan mengubah sedikit pun rasa cinta dalam hatiku. Tapi hatiku sakit jika ternyata kau malu pada suamimu sendiri hanya karna wajahmu yang penuh borok. Aku bisa merasakan apa yang kau rasakan sekarang ini. Tapi aku tak ingin apa yang telah terjadi mengubah perasaanmu padaku. Wajahmu bisa berganti menjadi wajah apa pun..tapi jangan hatimu..Aku mencintai hatimu...",


Dipeluknya Elisabeth dengan penuh kasih sayang. Elisabeth tercinta...


Andy tidak pernah membukan balutan perban di matanya. Meski begitu, dia tetap bisa melewati hari2 yang menyenangkan bersama istrinya. Meskipun hanya dilakukan di dalam Rumah Sakit saja, tapi itu sangat menyenangkan. Tak ada hari tanpa tawa dan canda.


Hingga esok hari Andy mendapati istri tercintanya sudah tidak bernafas lagi. Pihak Rumah Sakit sudah sangat membantu tapi Elisabeth tetap tidak bisa tertolong.

"Bersabarlah Andy..",

"Terimakasih Henry..",

Andy membuka balutan perban di matanya. Dan yang dia lihat kini hanya gundukan tanah kubur istri tercintanya.

"Tak ada airmata di hari terakhir bersama istriku. Yang ada hanya senyuman bahagianya yang menyenangkan."

Faithful is everything for someone who has done anything kindly to people around him or her. the lovely heart makes everything changes, to be good.

Rose and the Throns, in our life (Indonesian Edition)

Rose and Throns, in Our Life
By; MarvelousJW
"Being excellent is a thing, but being marvellous in the middle of the marvellous people is everything."
-MarvelousJW


Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.
Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil.


Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh puladuri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapaduri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.


Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”


Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.


Di dalam setiap jiwa manusia pasti ada selalu ‘mawar’ yang tertanam. Tuhan yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.


Namun sayang, ada sebagian dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Merasakan hanya kelemahan yang ada pada dirinya. Merasa hanya menjadi beban bagi orang lain. Banyak dari saudara kita yang hanya melihat sisi buruk, sehingga dalam menjalani kehidupan ini dipenuhi dengan kepesimisan seolah menolak keberadaan mereka sendiri. Saudara kita itu sering kecewa dengan dirinya dan tidak mau menerimanya. Mereka berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari nya. Sehingga menolak untuk “menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah ada dan tak pernah memahami potensi yang dimilikinya.




Marilah kita sirami terus menerus apapun yang menurut kita baik, meski banyak kerikil atau duri tajam menghadang, apapun hasil akhirnya. Yang terpenting adalah yakin , bersabar menjalani semuanya, bahwa kita bisa dan mampu melewati semua duri kehidupan ini dengan yakin bahwa Tuhan akan memberikan hasil akhir yang indah

Present or Past? (Indonesian Edition)

Present or Past?
By; MarvelousJW
"Being excellent is a thing, but being marvellous in the middle of the marvellous people is everything."
-MarvelousJW

DULU aku Perhitungan,
hanya mau Menang, tak mau dirugikan.
Masalah Sepele dibuat Rumit, jadi urusan Serius,
Kerikil kecil dibuat besar jadi Gunung.
Merusak keharmonisan pergaulan,
Akibatnya aku tidak punya Sahabat,
Orang-orang pun bersikap Rumit dan perhitungan denganku.
KINI aku belajar Cincai, tenggang rasa, lapang dada dan mengalah,
Ternyata orang-orang pun menjadi Cincai, Easy going dan Bersahabat denganku.

DULU aku Pelit, tak pernah bisa memberi, hanya mau menerima,
akibatnya semakin Pelit, semakin Miskin dan Susah Hidupku.
KINI aku belajar memberi,
Ternyata semakin memberi semakin banyak yang kuterima.
Semakin memberi, Hati semakin Bahagia dan Hidup menjadi semakin Lancar, banyak Berkah dan Kemudahan.

DULU aku mudah tersinggung, suka Curiga dan Prasangka Buruk..
Akibatnya Hatiku semakin Gerah dan Benci,
dimana mana orang-orang memusuhiku.
KINI aku belajar Positif Thinking,
Simpati dan menghargai semua orang,
Ternyata semua orang Baik padaku.
Sesungguhnya tak ada yang menjelekkanku,
Yang ada adalah Prasangka Buruk pikiranku sendiri.

DULU aku Pesimis.
Terlalu banyak Kekhawatiran.
Sedikit kesulitan sudah Awan Kelabu.
Sedikit kesakitan Dunia sudah mau Kiamat.
Takut Gagal, takut Susah
Akhirnya hidupku menjadi sia-sia,
Tak ada jerih payah, tak ada Karya, tak ada Prestasi !
KINI aku belajar Optimis dan Ceria.
Banyak Kekhawatiran muncul dari pikiran tak beralasan.
Kegagalan bukan Penderitaan,
Penderitaan yang menyiksa adalah tidak melakukan apa-apa.
Ternyata Makna Hidup Ada dalam Perjuangan
dan Perjuangan mendatangkan Kebahagiaan.

KEBEBASAN yang paling Besar yang kumiliki
adalah Kebebasan Memilih dan Memutuskan
mau menjadi Siapa dengan Kepribadian yang Bagaimana diriku.

Mau tetap Hidup di Masa Lalu
atau Membiarkan Masa Lalu menjadi Masa Lalu selamanya ?


Dunia ini selalu Berubah.
Apapun itu, tidaklah Kekal adanya.

Maka untuk apa kita mengharapkan
Sesuatu yang Menyenangkan itu selalu ada,
dan Mengharapkan sesuatu yang tidak menyenangkan itu secepatnya berlalu.

Padahal tanpa diharap pun,
Itu semua akan Berubah dan Berlalu.